Apakah yang sahabat-sahabat Universitas Jember ketahui tentang film -film Indonesia? Jika kalian menjawab tentang film horornya, kami tentu akan menjawab bukan, kami tidak akan membahasnya. Kenapa bukan? Ah, kalian tentu bisa menjawabnya, hehe. Kembali ke topik, ya film Indonesia, selain maraknya film - film horor yang banyak diproduksi dengan judul - judul unik dan kreatifnya, ternyata banyak juga lho film - film Indonesia yang mempunyai cerita yang menarik dan inspiratif. Di sini ada beberapa daftar film karya Anak Bangsa yang layak untuk ditonton dan bahkan memberikan inspirasi bagi Anak Bangsa. Sambil menikmati liburan bagi yang belum nonton dapat menonton film - film dibawah ini dan bagi yang sudah pernah menonton film - film dibawah ini tak ada salahnya untuk nonton ulang, hehe. Recomended. Check this Out!
Untuk bagian 2 menyusul, atau mungkin sebelum masuk bagian 2 kalian dapat memberikan rekomendasi film - film Indonesia yang menurut kalian bagus dan/atau inspiratif. Silahkan tulis di kolom komentar. Terimakasih.Jayden Valarao, seorang musisi dengan mimpi besar menjadi seorang bintang rock, hidup dengan bebas tanpa tujuan yang pasti. Satu malam setelah perkelahian sengit di salah satu bar di Manila, Jayden pulang dan mendapati barang-barangnya sudah teronggok di depan rumahnya karena tak mampu membayar sewa. Karena tak punya tujuan, akhirnya dia memohon kepada Penelope Valarao, bibinya yang funky dan berjiwa muda di usianya yang sudah menginjak 50 tahun, agar dapat tinggal di rumahnya. Penelope mengijinkan Jayden tinggal semalam, dengan janji bahwa dia akan segera menemukan tempat untuk ditinggali. Sang bibi pun menyarankan agar Jayden menemui ibunya, yang tinggal di Indonesia sejak sang ayah meninggal beberapa tahun yang lalu. Tanpa pilihan lain, akhirnya Jayden setuju untuk pergi ke Indonesia sembari menunggu demonya diterima perusahaan rekaman yang akan menjadikannya seorang superstar.
Sesampainya di Jakarta, Jayden bertemu ibu yang sudah lama tak ditemuinya, Marlina Anasazar. Sang ibu ternyata sudah punya rencana untuk Jayden, yakni untuk membantunya mengajar musik di sekolah musik yang dikelolanya. Tanpa dinyana, ternyata Jayden harus mengajar mereka yang berkebutuhan khusus, dengan masalah mental dan kecerdasan di bawah rata-rata. Di sinilah Jayden diuji, apakah dirinya akan terus mengajar anak-anak luar biasa ini, ataukah mengejar mimpinya menjadi seorang bintang rock.Selain anak-anak ini, Jayden pun bertemu banyak orang yang membuatnya berpikir panjang tentang hidup bebas yang tak pantas dan tak berguna, termasuk Laras , seorang instruktur dan terapis di sekolah ini, Ibu Rinjani, Pak Dimas yang ketus, dan banyak karakter lainnya. Apakah Jayden akan terus mengajar anak-anak ini? Ataukah dia akan terus mengejar impiannya menjadi seorang rockstar?Cerita yang mengajarkan banyak orang tentang arti mimpi dan kehidupan ini terinspirasi dari sebuah artikel yang dimuat di surat kabar. Artikel ini menceritakan sebuah kelompok orkestra yang terdiri atas anak-anak berkebutuhan khusus dari sebuah sekolah musik di Beijing, China. Anak-anak ini sangat suka belajar musik untuk merangsang mental mereka. Setelah berbulan-bulan berlatih dengan keras, mereka akhirnya bisa tampil di depan ribuan penonton. Kesuksesan mereka tak hanya membuahkan kepercayaan diri lebih bagi mereka, namun juga inspirasi yang mendalam bagi para penonton. Terinspirasi oleh foto sang konduktor, seorang bocah yang menderita down-syndrome, film ini tak bercerita tentang prestasi anak-anak normal, namun justru mereka-mereka yang luar biasa!2. RINDU PURNAMA
Ditengah-tengah kemegahan dan kemewahan kota Jakarta, hiduplah seorang gadis bernama Rindu, seorang anak jalanan yang tinggal di rumah singgah bersama dengan anak-anak yang senasib dengannya. Di tempat tersebut turut pula hadir Sarah, seorang wanita yang mengasuh mereka.
Suatu hari Rindu tertabrak oleh Pak Surya, seorang pengusaha yang gila kerja dan masih sendiri. Pada kejadian tersebut Rindu mengalami amnesia, dan akhirnya oleh Pak Pur, supir pak Surya, ia di tempatkan sementara di rumah pengusaha tersebut.
Keberadaan Rindu di rumah Pak Surya tidak disukainya, meskipun ia sedang disibukkan dengan proyek terbarunya bersama Monik, anak pemilik perusahaan tempat ia bekerja, Pak Surya menyempatkan diri untuk menyembuhkan Rindu agar bisa cepat pergi dari rumahnya.
Rindu tahu bahwa keberadaannya tidak disukai Pak Surya dan memutuskan untuk pergi sendiri. Pak Surya pun panik ketika Rindu diketahuinya menghilang dari hadapannya dan sadar bahwa keberadaan Rindu ternyata memberikan kenangan yang mendalam. Pak Surya berusaha menemukan Rindu dengan berbagai cara.
Sampai akhirnya ia bertemu dengan Sarah, yang juga sedang sibuk mencari keberadaan Rindu bersama anak-anak sanggar lainnya, dan mereka pun memutuskan untuk mencari bersama-sama. Dan ternyata, Rindu justru kembali ke sanggar dengan sendirinya setelah pulih dari amnesia-nya.
Kehadiran Rindu kembali ke rumah singgah disambut dengan gembira. Mereka pun merayakannya dengan acara syukuran kecil-kecilan. Tapi kegembiraan mereka kembali terusik. Ternyata proyek yang sedang dijalankan oleh Pak Surya bersama dengan Monik bertempat di pemukiman rumah singgah tersebut dan akan segera menggusurnya.
Keadaan tersebut membuat Pak Surya dilema, antara memilih Rindu, anak-anak jalanan, dan rumah singgah itu atau karirnya yang akan semakin melesat beserta Monik yang mencintainya. Pak Surya harus segera memutuskan dengan cepat pilihannya tersebut.
Tak perlu meragukan lagi film buah karya Mathias Muchus ini. Dikenal sebagai aktor lawas, lewat film yang kali pertama ia sutradarai ini Muchus mampu menunjukkan kepiawaiannya dibelakang kamera.
Dengan jalan cerita yang sederhana ia mampu mengemas film produksi Mizan Productions ini dengan berbagai adegan yang menyentuh bahkan menyentil penontonnya. Seperti lewat berbagai adegan kehidupan anak jalanan dengan kesederhanaan sekaligus keterbatasan yang digambarkan oleh anak-anak sanggar. Serta kehidupan yang kontras dari adegan tersebut, sebuah kemewahan dan keangkuhan seorang yang hidup mapan lewat peran Titi Sjuman sebagai Monik.
Tanpa menggurui, film ini juga akan menyadarkan Anda dengan aktivitas sosial ala anak-anak jalanan itu sendiri, bagaimana cara mereka berteman, bermain, bahkan mencari uang untuk sesuap nasi tanpa melupakan untuk saling berbagi.
Tidak terlepas juga termasuk pesan yang menggambarkan bahwa kekuasaan bukanlah suatu hal yang bisa melakukan segalanya. Bahwa hati nurani adalah pemenangnya.
Nia Zulkarnaen dan suaminya, Ari Sihasale mengangkat tema King dan Bulutangkis ke layar lebar. Meski banyak figur pebulutangkis nasional yang tak kalah hebat dengan Liem Swie King, namun Karisma sang legendaris yang dikenal memiliki smash “King” yang mematikan seolah tak lapuk oleh zaman. Justru karisma “King” semakin mamancar. Ini terbukti dengan di usungnya cerita King dan olah raga bulu tangkis ke layar lebar.
Menurut Nia, film berjudul ”King” yang mengambil tema olahraga bulutangkis, bertujuan untuk lebih memasyarakatkan kembali olah raga bulutangkis di Indonesia. Kita merasa bahwa bulutangkis adalah salah satu cabang olahraga kebanggaan Indonesia yang sering mengharumkan nama bangsa di kancah internasional, dimana bagi Indonesia tradisi emas di Olimpiade itu masih dihasilkan dari cabang olahraga bulutangkis.
Film ini juga dimaksudkan untuk memperkenalkan keindahan Indonesia kepada dunia internasional. Itulah sebabnya kita melakukan shooting di daerah-daerah, seperti di Kawah Ijen, Wonosobo, Bondowoso dan Situbondo, karena ini adalah sebuah film tentang olahraga bulutangkis tetapi settingnya adalah daerah, apalagi memang sebuah pertandingan bulutangkis itu tidak harus selalu dilakukan didalam ruangan.
4. DENIAS, SENANDUNG DI ATAS AWAN
Film ini menceritakan tentang perjuangan seorang anak pedalaman Papua yang bernama Denias untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Seluruh setting lokasi dilakukan di Pulau Cendrawasih ini. Cerita dalam film ini merupakan adaptasi dari kisah nyata seorang anak Papua yang bernama Janias.
Sebuah film yang harus ditonton oleh meraka yang mengaku peduli dengan dunia pendidikan di Indonesia. Sebuah film yang membuka pandangan kita tentang betapa pendidikan yang layak di negeri ini masih sangat mahal, masih sangat rumit dan masih banyak diskriminasi-diskriminasi yang tidak masuk akal. Dalam film ini juga dapat kita lihat keindahan Provinsi Papua yang berhasil direkam dengan begitu indahnya.
5. LASKAR PELANGI
Sebuah adaptasi sinema dari novel fenomenal “Laskar Pelangi” karya Andrea Hirata, yang mengambil setting di akhir tahun 70-an. Hari pertama pembukaan kelas baru di sekolah SD Muhammadyah menjadi sangat menegangkan bagi dua guru luar biasa, Muslimah (Cut Mini) dan Pak Harfan (Ikranagara), serta 9 orang murid yang menunggu di sekolah yang terletak di desa Gantong, Belitong. Sebab kalau tidak mencapai 10 murid yang mendaftar, sekolah akan ditutup. Hari itu, Harun, seorang murid istimewa menyelamatkan mereka. Ke 10 murid yang kemudian diberi nama Laskar Pelangi oleh Bu Muslimah, menjalin kisah yang tak terlupakan.5 tahun bersama, Bu Mus, Pak Harfan dan ke 10 murid dengan keunikan dan keistimewaannya masing masing, berjuang untuk terus bisa sekolah. Di antara berbagai tantangan berat dan tekanan untuk menyerah, Ikal (Zulfani), Lintang (Ferdian) dan Mahar (Veris Yamarno) dengan bakat dan kecerdasannya muncul sebagai pendorong semangat sekolah mereka.Di tengah upaya untuk tetap mempertahankan sekolah, mereka kembali harus menghadapi tantangan yang besar. Sanggupkah mereka bertahan menghadapi cobaan demi cobaan?Film ini dipenuhi kisah tentang kalangan pinggiran, dan kisah perjuangan hidup menggapai mimpi yang mengharukan, serta keindahan persahabatan yang menyelamatkan hidup manusia, dengan latar belakang sebuah pulau indah yang pernah menjadi salah satu pulau terkaya di Indonesia.
Sang Pemimpi merupakan kelanjutan dari Laskar Pelangi. Film ini bercerita tentang Ikal (Vikri Setiawan) dan saudara sepupunya, Arai (Rendy Ahmad), serta sahabatnya, Jimbron (Azwar Fitrianto), pada usia remaja, dan mengisahkan tentang anak remaja yang mencari identitas diri dan seksualitas pada usia 17 tahun.
Adalah seorang guru bernama Balia (Nugie) yang menjadi sumber inspirasi bagi Ikal, Arai dan Jimbron. Kelas Balia membawa mereka pada keajaiban ilmu pengetahuan dan luasnya kehidupan, tempat yang memberi mereka nafas untuk keluar dari tekanan hidup. Balia membarakan semangat mereka untuk menjelajahi Eropa dan bagian dunia lain untuk mengarungi kehidupan. Namun, pada saat yang sama, mereka harus menghadapi sikap keras Pak Mustar (Landung Simatupang), sang kepala sekolah. Kontras dengan sikap Balia, Pak Mustar adalah seorang guru yang menerapkan cara didik dengan pola hukuman bagi yang lalai.
Problematika yang mereka hadapi tak hanya soal sekolah dan bertahan hidup, tapi juga cinta. Cinta Arai pada Zakiah Nurmala (Maudy Ayunda) menggiringnya menjadi seorang penyanyi dadakan dengan berguru pada Bang Zaitun Jay Widjajanto), seorang pemusik Melayu keliling. Jimbron jatuh hati pada Laksmi, gadis pemurung pekerja pabrik cincau yang tak pernah tersenyum sejak orang tuanya meninggal. Ikal tertarik pada gambar wanita molek dari reklame sebuah film Indonesia di bioskop.
Tetapi, kebimbangan Ikal akan hidup dan masa depan membuatnya patah arang dan berusaha menghapus impiannya bersekolah ke Eropa bersama Arai. Ikal yang dulu seolah memiliki semangat baru, menjadi Ikal yang tenggelam dalam keputusasaan dan menyisakan kekecewaan yang dalam di hati sang ayah yang sangat membanggakan dirinya sejak kecil.
Rasa bersalah terhadap sang ayah membuat Ikal bangkit, dan para pemimpi pun kembali berlari bersama. Satu persatu simpul-simpul kesulitan hidup untuk mencapai mimpi mereka buka. Cita-cita, harapan, dan cinta. Dengan tambahan bekal dari tabungan Jimbron, Ikal dan Arai melanjutkan hidup untuk merajut mimpi. Namun, setelah gelar sarjana diraih, Arai menghilang. Tinggalah Ikal sendirian mengadu nasib sambil mengejar mimpi.
Film - Film Inspiratif Indonesia Bag.2
Kunjungi juga artikel yang lain :
Potret Universitas Jember
Lomba Blog Unej
FKIP Universitas Jember
Fasilitas Umum Universitas Jember
History of Jember University
Catatan Wajib Maba Unej
Sosok Inspiratif Universitas Jember
SBMPTN 2013
UM Universitas Jember
0 komentar: